Budaya keramahan di masing-masing daerah atau negara berbeda-beda.
Meski maksudnya sebagai cara ramah untuk mengenal seseorang, tapi kadang
itu juga menimbulkan rasa jengah bagi yang tidak mengerti atau
menganggapnya sebagai basa-basi saja. Teman-teman asing saya biasanya
menanyakan nama lebih dulu, lalu membicarakan apa yang ada dihadapan
kita saja. Sedangkan kebanyakan orang Indonesia justru tidak
mempersoalkan nama, melainkan asal.
Faktor primordial di Indonesia masih sangat kental dalam pergaulan
sosial. Kesamaan daerah asal ketika bertemu disuatu tempat yang jauh
menimbulkan kegembiraan tersendiri dan memunculkan keakraban yang
tiba-tiba. Saling “mas” atau “mbak”, tanpa tahu nama masing-masing,
bukan halangan untuk menggali asal muasal seseorang. Pembicaraan
langsung akrab begitu diketahui berasal dari satu desa, satu kota,
bahkan satu propinsi sekalipun.
Namun demikian, masih relevan-kah cara beramah-tamah seperti dengan
situasi sekarang dimana mobilitas manusia Indonesia sudah sedemikian
tinggi. Jika anda bersekolah di Riau tapi anda sudah berdomisili di
Jakarta selama sepuluh tahun, apa jawab anda ketika ditanya asal? Yang
sulit dimengerti adalah ketika melihat acara kontes-kontes kecantikan,
dimana gadis-gadis cantik itu hanya menumpang lahir di suatu propinsi
dan dibesarkan di ibukota, tapi demi peluang yang lebih besar di tingkat
daerah, lalu mereka-pun mengaku berasal dari daerah itu.
Di masyarakat yang sudah memahami mobilitas tinggi, yang dinamakan
asal adalah domisili. Mereka tidak menggali terlalu kebelakang ketika
mereka dilahirkan. Di masyarakat kita, asal adalah kampung halaman,
tempat kita kembali setiap hari raya, yang biasanya sama dengan tempat
tinggal orangtua dan saudara-saudara kita, meskipun kadang tidak sama
dengan tempat kita dilahirkan. Karena meski ditugaskan ke seluruh
nusantara, orangtua kita selalu memilih kembali dekat dengan
saudara-saudaranya ketika memasuki usia pensiun. Kita nyaris tidak bisa
terputus dari sejarah kita dilahirkan sampai kemudian mati.
Tentusaja ada untung rugi mengenal asal seseorang meski definisinya
agak membingungkan saat ini. Dengan asal yang sama, kadang kita
mendapatkan kemudahan ketika menghadapi suatu masalah ditempat asing.
Namun kadang justru kesamaan asal digunakan orang untuk menipu.
Tapi bagaimana jika kita hanya menumpang lahir, tidak tinggal lama di
kota kelahiran, lalu berpindah-pindah sesudahnya dan orang tua kita
tidak pula kembali dekat dengan saudara-saudaranya setelah pensiun? Apa
jawab anda ketika ditanya tentang asal? Begitulah saya tidak pernah
berhasil dengan baik menjawab pertanyaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar