Selasa, 09 Oktober 2012

Darimana Asalmu?

Budaya keramahan di masing-masing daerah atau negara berbeda-beda. Meski maksudnya sebagai cara ramah untuk mengenal seseorang, tapi kadang itu juga menimbulkan rasa jengah bagi yang tidak mengerti atau menganggapnya sebagai basa-basi saja. Teman-teman asing saya biasanya menanyakan nama lebih dulu, lalu membicarakan apa yang ada dihadapan kita saja. Sedangkan kebanyakan orang Indonesia justru tidak mempersoalkan nama, melainkan asal.
Faktor primordial di Indonesia masih sangat kental dalam pergaulan sosial. Kesamaan daerah asal ketika bertemu disuatu tempat yang jauh menimbulkan kegembiraan tersendiri dan memunculkan keakraban yang tiba-tiba. Saling “mas” atau “mbak”, tanpa tahu nama masing-masing, bukan halangan untuk menggali asal muasal seseorang. Pembicaraan langsung akrab begitu diketahui berasal dari satu desa, satu kota, bahkan satu propinsi sekalipun.
Namun demikian, masih relevan-kah cara beramah-tamah seperti dengan situasi sekarang dimana mobilitas manusia Indonesia sudah sedemikian tinggi. Jika anda bersekolah di Riau tapi anda sudah berdomisili di Jakarta selama sepuluh tahun, apa jawab anda ketika ditanya asal? Yang sulit dimengerti adalah ketika melihat acara kontes-kontes kecantikan, dimana gadis-gadis cantik itu hanya menumpang lahir di suatu propinsi dan dibesarkan di ibukota, tapi demi peluang yang lebih besar di tingkat daerah, lalu mereka-pun mengaku berasal dari daerah itu.
Di masyarakat yang sudah memahami mobilitas tinggi, yang dinamakan asal adalah domisili. Mereka tidak menggali terlalu kebelakang ketika mereka dilahirkan. Di masyarakat kita, asal adalah kampung halaman, tempat kita kembali setiap hari raya, yang biasanya sama dengan tempat tinggal orangtua dan saudara-saudara kita, meskipun kadang tidak sama dengan tempat kita dilahirkan. Karena meski ditugaskan ke seluruh nusantara, orangtua kita selalu memilih kembali dekat dengan saudara-saudaranya ketika memasuki usia pensiun. Kita nyaris tidak bisa terputus dari sejarah kita dilahirkan sampai kemudian mati.
Tentusaja ada untung rugi mengenal asal seseorang meski definisinya agak membingungkan saat ini. Dengan asal yang sama, kadang kita mendapatkan kemudahan ketika menghadapi suatu masalah ditempat asing. Namun kadang justru kesamaan asal digunakan orang untuk menipu.
Tapi bagaimana jika kita hanya menumpang lahir, tidak tinggal lama di kota kelahiran, lalu berpindah-pindah sesudahnya dan orang tua kita tidak pula kembali dekat dengan saudara-saudaranya setelah pensiun? Apa jawab anda ketika ditanya tentang asal? Begitulah saya tidak pernah berhasil dengan baik menjawab pertanyaan tersebut.

Tidak ada komentar: