Jumat, 08 Maret 2013

Rumusan Penting Ilmu Logika

Mengapa saya tertarik untuk menulis tentang ilmu logika yang lain yang berbeda dengan yang ‘standar’ sebagaimana yang telah biasa orang baca melalui buku buku ‘textbook’ ?
Menyedihkan sebenarnya bahwa kebanyakan orang mungkin lebih banyak mengenal ilmu logika tidak lebih dari sebagai ‘ilmu menalar’ atau ilmu untuk berfikir secara tertib-beraturan sesuai dengan  kaidah-kaidah yang telah ditemukan serta telah ditata dan ditetapkan sebagai rumus-rumus ilmu logika.
Bahkan yang mengherankan adalah bila dalam Wikipedia Indonesia tertulis bahwa ‘logika lahir dari Yunani’,sehingga saya penasaran ingin balik bertanya : bila ‘berlogika’ artinya adalah ‘berfikir dengan menggunakan logika akal’ maka sejak kapan manusia menggunakan logika akal untuk berfikir apakah sejak kelahirannya di Yinani ?
Sebab menurut saya manusia mulai berlogika sejak Tuhan memberinya akal sehingga bila manusia pertama yaitu nabi Adam telah diberi akal maka beliau adalah orang yang pertama tama berlogika dan bukan orang Yunani,hanya para pemikir asal Yunani menemukan tekhnik tekhnik tertentu yang mereka gunakan sebagai  metodologi dalam berlogika yang kemudian terkonsep secara resmi  melalui tulisan, dan sejak itu mulailah manusia secara resmi mengkonsep ‘ilmu logika’.(jadi beda ‘logika’ dengan ‘ilmu logika’ sebab ‘logika’ mengacu kepada ‘cara berfikir akal’).sehingga keliru bila dikatakan ‘orang yang pertama berlogika adalah orang Yunani’ sebab sejak manusia pertama diberi akal maka otomatis ia mulai menggunakannya untuk ‘berlogika’,hanya istilah ‘logika’ memang berasal dari perbendaharaan bahasa Yunani.
Melalui tulisan ini saya juga ingin bertanya kepada seluruh pemerhati ilmu logika diseluruh dunia yang tolong untuk dijawab dengan kejujuran :
1.Mengapa manusia tidak menghubungkan ilmu logika dan kebenaran yang ber asas logika dengan Tuhan (?) padahal Tuhan lah yang memberi seluruh sarana dan prasarana bagi terciptanya ilmu logika,tapi mengapa Tuhan seperti tersisih dari bahasan ilmu logika,inilah yang membuat ilmu logika seperti tanpa essensi yang hakiki sebab tanpa dihubungkan dengan Tuhan maka manusia tidak akan mengenal akar-fundament bagi lahirnya ilmu logika dan kebenaran yang berdasar logika
2.Mengapa manusia tidak menghubungkan ilmu logika dengan prinsip dualisme yang Tuhan ciptakan sebagai konstruksi hukum kehidupan ? padahal tanpa adanya prinsip dualisme itu  mustahil ada akal fikiran yang bisa berfikir secara dualistik (sistematik-mekanistik-matematis),sebab bila akal ibarat kereta api prinsip dualisme adalah rel ganda bagi akal sehingga akal bisa berfikir,bayangkan bila Tuhan menciptakan segala suatu tidak secara berpasangan maka kehidupan akan menjadi ganjil dan akal mustahil bisa berfikir secara sistematik.
Tapi mengapa pada buku buku text book ilmu logika prinsip dualisme-hukum kehidupan dualistik seperti tersisih dari bahasan ilmu logika padahal itu adalah akar paling mendasar yang membuat cara berfikir akal menjadi ada dan kemudian menjadi dasar bagi lahirnya ilmu logika.
3.Sebab itu saya menyimpulkan bahwa bahasan tentang ilmu logika yang tidak menyertakan Tuhan-prinsip dualisme-hukum kehidupan dualistik sebagai landasan dasar bagi lahirnya ilmu logika serta kebenaran yang berdasar logika maka ilmu logika seperti itu hanya ilmu logika yang tidak mendasar - tidak utuh dan tidak menyeluruh sebab hanya membahas ilmu logika sebatas ‘permukaan’.
Sehingga sebab itu semoga tulisan saya tentang ilmu logika ini membuat orang mulai berfikir untuk menghubungkan ilmu logika-kebenaran logis dengan Tuhan-prinsip dualism dan hukum kehidupan dualistik.
Analoginya bila dihadapan kita hadir sebuah ‘kursi’ maka apakah nanti kita hanya akan berfikir tentang ‘tekhnik membuat kursi’ ? padahal ada hal hal yang bersifat mendasar yang membuat kursi itu menjadi ‘ada’ yaitu adanya : kehendak manusia -akal manusia-tangan manusia serta kayu sebagai bahannya.
4.Saya menemukan penyelewengan istilah ‘rasional’ oleh kacamata sudut pandang materialist,mereka beranggapan bahwa definisi ‘rasional’ atau ‘rasionalisme’ adalah suatu pandangan yang harus berpijak pada bukti yang tertangkap mata secara langsung’,padahal akal itu bukan hamba sahaya panca indera karena kedudukan akal lebih tinggi ketimbang dunia indera lalu kenapa kemampuan wilayah jelajah akal harus dikebiri oleh keterbatasan dunia indera ?
Dalam agama akal diberi keleluasaan untuk menjelajah dunia abstrak-gaib sehingga rasionalitas dalam agama menjadi berbeda dengan rasionalitas versi kacamata sudut pandang materialist yang terbelenggu oleh keterbatasan dunia indera.
Masalah ini harus diusut secara tuntas agar agama tidak lagi distigmakan seagai suatu yang ‘irrasional’ sebab hal itu suatu yang sangat ironis sebab Tuhan menciptakan akal justru agar manusia tidak menjadi hamba sahaya dunia inderanya sehingga ia bisa menangkap rasionalitas secara keseluruhan termasuk didalamnya rasionalitas dari dunia abstrak-gaib.
Artinya Tuhan ingin akal manusia itu digunakan secara luas tanpa dibatasi oleh batasan dunia inderawi agar bisa memikirkan keseluruhan realitas baik yang lahiriah maupun yang abstrak-gaib sehingga manusia bisa menemukan konsep rasional yang menyatu padukan kedua alam yang berbeda itu.
Sebagai contoh : adanya alam akhirat-pengadilan Ilahi kemudian sorga-neraka semua adalah kebenaran rasional yang mudah difahami oleh logika akal orang awam sekalipun pun sebab semua itu berhubungan secara dialektis dengan realitas adanya kebaikan-kejahatan didunia serta dengan realitas adanya hukum kehidupan yang meniscayakan adanya akhirat sebagai pasangan dari dunia, adanya konsep sebab-akibat yang ideal,sehingga bila semua yang disebut diatas tadi (akhirat,sorga-neraka) tidak ada maka kehidupan otomatis akan menjadi ganjil - tidak rasional,tapi mengapa semua konsep balasan akhirat itu lantas dianggap ‘irrasional’ oleh ‘logika’ kacamata sudut pandang materialist hanya karena berbicara tentang sesuatu yang tidak bisa dibuktikan oleh bukti empirik yang langsung ? lalu dikemanakan kredibilitas akal bila harus dikalahkan oleh dunia panca indera ?
Jadi sebenarnya luas mana rasionalitas versi Tuhan  dengan rasionalitas versi kacamata sudut pandang materialist  ? (saya meminta jawaban !)
4.Kemudian saya juga protes bila dalam buku textbook pengantar filsafat selalu ditulis bahwa ‘filsafat adalah bahasan yang bersifat rasional’ sebab faktanya adalah sama sekali tidak demikian,sebab dalam filsafat faktanya ada konsep yang lahir dari jalan fikiran yang rasional dan ada teori atau bentuk pemikiran spekulatif yang sama sekali jauh dari rasional dan keduanya sama sekali tidak bisa disama rata kan,sebab berbeda jauh antara kebenaran rasional hasil cara berfikir akal yang lurus-tertata dengan kebenaran spekulatif hasil dari pemikiran bebas spekulatif.
Jadi kita harus jujur tidak boleh menipu publik awam terutama tentang fakta bahwasanya dalam dunia filsafat itu ada jalan fikiran yang yang lurus-rasional dan ada yang spekulatif yang bahkan jauh dari rasional,sebagai contoh pernyataan : ‘aku berfikir karena itu aku ada’ apakah itu lahir dari jalan fikiran yang rasional ? menurut saya itu adalah sebuah contoh bentuk pemikiran spekulatif yang kebenarannya pun bersifat spekulatif.
Atau contoh nyata lain adalah : apakah filsafat kontemporer ala post mo didalamnya adalah kumpulan fikiran fikiran yang lurus-tertata sesuai asas asas berfikir rasionalistik atau cuma ajang berfikir bebas spekulatif ?
6.logika dalam agama memang berbeda tujuan dengan logika dalam filsafat,dalam agama fungsi akal termasuk didalamnya berlogika ditujukan untuk menangkap konsep kebenaran Ilahi yang bersifat rasional -bersesuaian dengan karakter cara berfikir akal yang dualistik,berbeda dengan dalam filsafat dimana logika lebih ditujukan kepada metodologi berfikir yang tertata secara sistematis serta mencari bentuk kebenaran secara bebas yang akal fikiran manusia bisa menjangkaunya tanpa dikonsep oleh suatu tujuan tertentu.
Saya meminta jawaban  ……………………………artinya saya meminta ada fihak yang menjawab dengan kejujuran hati !
Demikianlah pembaca hati saya sedikit lega karena saya telah mencurahkan apa yang telah bertahun tahun hinggap dalam fikiran dan tersimpan terus didalam hati walau dengan bahasa yang sangat sederhana sebab tujuan saya memang bukan untuk ber opini tapi untuk mencari kebenaran ! dan kebenaran yang bersifat fundamental-mendasar itu sejatinya terdapat pada uraian bahasa yang sederhana untuk difahami .
Dan terima kasih atas atensi rekan rekan atas tulisan ini.

Tidak ada komentar: